Salah satu kesalahan yang terdapat pada citra satelit dipengaruhi oleh topografi permukaan bumi sedangkan wilayah Indonesia memiliki karakteristik topografi berbeda-beda baik ketinggian maupun kelerengannya, Pada penelitian hasil orthorektifikasi citra satelit resolusi tinggi dilakukan uji akurasi pengaruh penggunaan DEM Nasional terhadap 4 wilayah yang memiliki topografi yang tidak seragam. Hasil uji akurasi tersebut akan dilakukan analisis perbandingan sehingga diketahui pengaruh topografi terhadap hasil orthorektifikasi sebagai proses untuk pembuatan peta dasar skala 1:5000. Orthorektifikasi menggunakan 15 titik GCP tiap wilayah dan 15 titik ICP tiap wilayah yang tersebar dalam AOI. Pada wilayah kota palangka raya menggunkan 2 scene citra terdapat 4 titik GCP di area citra bertampalan mendapatkan hasil RMS masing masing tiap scene 0,42 piksel dan 0,42 piksel, kecamatan Tirtoyudo terdapat 8 titik GCP di area bertampalan mendapatkan hasil RMS 1,07 piksel dan 0,99 piksel , sedangkan kecamatan trenggalek dan kecamatan ngajum hanya memiliki 1 scene citra masing masing mendapat hasil RMS 0,84 piksel dan 1,39 piksel. Perbandingan Uji akurasi hasil orthorektifikasi wilayah kecamatan tirtoyudo yang memiliki kelerengan topografi dominan agak curam, curam, dan sangat curam mendapat nilai CE90% terbesar yaitu 2,1 m masuk pada kelas 2 sebagai syarat uji peta dasar skala 1:5000, nilai uji akurasi terkecil 0,94 m terdapat pada Kota Palangka Raya yang memiliki kelerengan topografi dominan landai dan datar
CITATION STYLE
Milenia, S. O., Sai, S. S., & Mabrur, A. Y. (2022). PENGARUH KELERENGAN TOPOGRAFI TERHADAP PROSES ORTHOREKTIFIKASI CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI (CSRT) UNTUK SUMBER PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000. Prosiding SEMSINA, 3(1), 146–153. https://doi.org/10.36040/semsina.v3i1.5053
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.