Kemajuan teknologi telah memberikan banyak kemudahan di berbagai bidang kehidupan, baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan, perusahaan besar maupun kecil, mengurangi kegiatan keluar rumah untuk berbelanja dan sebagainya. Dengan adanya kemudahan itu, seharusnya manusia akan lebih mudah mengasihi sesamanya, tetapi dalam kenyataan tidaklah demikian, terjadi penurunan semangat mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri artinya terjadi krisis kasih. Misalnya, apabila terjadi korban kecelakaan lalu lintas, masyarakat di sekitar tempat kejadian perkara tidak langsung menolong korban karena berbagai alasan, lebih banyak melakukan kegiatan memfoto, memvideokan lalu kemudian menyebarkan melalui media sosial. Kemajuan teknologi telah merubah cara berpikir, bertindak dan kehilangan kasih. Rasa kemanusiaan sudah mengalami krisis dibandingkan sebelum berkembangnya teknologi. Tujuan artikel ini ialah pertama, agar para pembaca dapat menyadari adanya krisis kasih sesama manusia. Kedua, agar ada perbaikan pendidikan keluarga, gereja maupun sekolah agar hidup dalam kasih Allah bukan dikendalikan oleh teknologi. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan mengambil contoh-contoh yang fenomenal di masyarakat baik yang ditulis di koran online dan artikel jurnal lainnya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Bystandar effect bukanlah sikap kristiani walaupun bystander effect setiap hari dilakukan oleh masyarakat dan hal itu bertentangan dengan firman Allah. Jadilah seperti orang Samaria yang murah hati yang memiliki belaskasihan kepada orang yang memusuhinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebaiknya digunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. IPTEK harus bisa dikendalikan bukan mengendalikan.
CITATION STYLE
Amtiran, A. A. (2022). Fenomena “Bystander Effect” dan Krisis Kasih Akibat Kemajuan Teknologi. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(6), 1980–1985. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i6.669
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.