Film merupakan media hiburan yang paling banyak diminati saat ini. Ide cerita yang dikembangkan dalam film salah satunya berasal dari novel populer. Banyaknya penikmat novel populer menjadikan karya tersebut berpotensi untuk dialihwahanakan dalam bentuk film. Film Arini (2018) yang disutradarai oleh Ismail Basbeth merupakan salah satu film yang diadaptasi dari novel populer Mira. W berjudul Masih Ada Kereta yang Akan Lewat (1982). Proses alih wahana dari novel ke film Arini menunjukkan adanya ideologi pembuat film terkait isu perempuan yang berkembang pada konteks sosial-budaya saat itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana ideologi baru terkait subjektivitas perempuan direpresentasikan dalam film Arini (2018) sebagai karya alih wahana. Kajian struktural Todorov dan Bordwell & Thompson digunakan untuk menganalisis unsur naratif novel dan film serta memperlihatkan transformasi teks terkait posisi dan pergerakan perempuan. Selanjutnya, teori adaptasi Linda Hutcheon digunakan untuk mengkaji adaptasi film berdasarkan perbedaan struktural. Teori tersebut dielaborasikan dengan kerangka berpikir Simone de Beauvoir untuk menelaah lebih dalam terkait ideologi subjektivitas perempuan dalam alih wahana dari novel ke film Arini (2018). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Arini (2018) karya Ismail Basbeth merepresentasikan citra perempuan masa kini yang berpandangan terbuka dan berpartisipasi aktif di ranah publik sebagai upaya pembuktian eksistensi diri. Film tersebut mengukuhkan subjektivitas perempuan dengan mengaburkan narasi perselingkuhan dan lebih menekankan pada kesadaran diri perempuan sebagai subjek untuk memperoleh kebermaknaan hidup secara utuh.
CITATION STYLE
Sinanda, J. (2021). SUBJEKTIVITAS PEREMPUAN DALAM FILM ARINI (2018) SEBAGAI KARYA ALIH WAHANA. Metahumaniora, 11(3), 314. https://doi.org/10.24198/metahumaniora.v11i3.36722
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.