RITUAL TABOT PROVINSI BENGKULU SEBAGAI MEDIA DAKWAH ANTAR BUDAYA

  • Kurniawan S
  • Jamiah R
N/ACitations
Citations of this article
17Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Sejarah perkembangan Islam di Indonesia memiliki cerita yang sangat panjang. Mulai dari penyebaran melalui perdagangan, penjajahan, kerajaan, hingga kebudayaan. Berbagai macam tradisi, adat istadat ritual kebudayaan dan ritual keagaman memiliki corak yang berbeda disetiap daerah yang tersebar luas di Indonesia. Sebuah ritual kebudayaan yang berbalut nuansa keagamaan di Indonesia sangat banyak, bahkan disetiap daerah pasti memiliki kultur budaya bernuansa agama dengan ciri khas masing-masing. Penyebaran Agama Islam melalui kultur budaya sudah bukan menjadi hal tabu. Seperti halnya kegiatan ritual keagamaan pada bulan Muharam. Dalam khazanah sejarah Islam, bulan Muharram menjadi lebih berharga, karena merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah. Sehingga bermakna sebagai tahun tutup dan buka buku, serta amal. Muharram adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam. Kemudian dizaman Nabi hingga Umar Ibnu Khattab diresmikan sebagai penanggalan tetap Islam.  Dalam artian bulan Muharam merupakan bulan yang sakral akan sejarah keislaman. Kesakralan seperti pada perayaan Tabot di Kota Bengkulu, memadukan unsur keislaman dan kebudayaan yang berbaur menjadi satu kesatuaan. Ritual tabot sendiri merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan masyarakat kota Bengkulu. Ritual ini dilaksanakan selama 10 hari, terhitung dari tanggal 1 -10 Muharam. Makna dari ritual tabot memiliki dua usur, pertama, perayaan tabot dimaknai sebagai bentuk peringatan wafatnya Husein bin Ali tanggal 10 Muharam.sedangkan unsur yang kedua adalah bersandar pada symbol dan pengakuan tradisi, sehingga berkesimpulan Tabut juga bernuansa budaya local, memiliki unsur  nilai budaya yang penuh makna.

Cite

CITATION STYLE

APA

Kurniawan, S., & Jamiah, R. (2023). RITUAL TABOT PROVINSI BENGKULU SEBAGAI MEDIA DAKWAH ANTAR BUDAYA. Jurnal Komunikasi Dan Budaya, 3(2), 112–118. https://doi.org/10.54895/jkb.v3i2.1854

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free