Stunting anak usia 0-23 bulan di Indonesia meningkat 3.8% dari tahun 2016 ke tahun 2018. Angka stunting yang tinggi jika tidak segera diturunkan akan berisiko pada pertumbuhan fisik anak tidak maksimal, gangguan kognitif anak yang irreversible (tidak bisa diubah) dan dibawa seumur hidup anak yang akhirnya Indonesia berisiko mengalami lost generation. Studi ini bertujuan mengetahui peran pemantauan pertumbuhan anak dalam upaya penurunan stunting anak 0-23 bulan di Indonesia dengan menganalisis data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menggunakan disain cross sectional. Unit analisis adalah anak 0-23 bulan yang tinggal bersama ibunya. Sejumlah 11029 anak 0-23 bulan memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam sampel penelitian. Penentuan status stunting anak dilakukan menggunakan WHO Anthro 2018. Data dianalisis menggunakan regresi logistik berganda dengan interval kepercayaan 95% (CI). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemantauan pertumbuhan anak (penimbangan berat badan anak) dan adalah faktor dominan yang berhubungan dengan stunting anak 0-23 bulan di Indonesia. Anak usia 0-23 bulan yang tidak dipantau pertumbuhannya (tidak ditimbang berat badannya dalam 6 bulan terakhir) memiliki peluang 1,32 kali mengalami stunting dibanding anak yang dipantau pertumbuhannya (AOR 1,32; 95% CI 1,18-1,47). Temuan ini membuktikan bahwa posyandu sebagai ujung tombak kegiatan pemantau pertumbuhan anak memegang peran penting dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia.
CITATION STYLE
Fentiana, N., Tambunan, F., & Ginting, D. (2022). Peran Pemantauan Pertumbuhan Dalam Upaya Pencegahan Stunting Anak 0-23 Bulan di Indonesia: Temuan Riskesdas 2013. Jurnal Semesta Sehat (J-Mestahat), 2(2), 9–18. https://doi.org/10.58185/j-mestahat.v2i2.96
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.