Perbandingan Konsepsi Epistemologi Empirisisme Ibnu Taymiyyah dan John Locke

  • Kurnianto R
N/ACitations
Citations of this article
56Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Tulisan ini mengkaji konsepsi epistemologis empirisisme Ibnu Taimiyyah dan John Locke yang bertumpu pada analisis komparatif untuk memperoleh deskripsi yang utuh mengenai pemikiran epistemologi empirisme keduanya, sekaligus implikasi dan konsekuensinya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran keagaman. Untuk memperoleh jawaban yang rinci mengenai pemikiran kedua tokoh tersebut, akan diungkap persamaan dan perbedaan konsepsi epistemologis empirisme masing- masing dengan menampilkan unsur-unsur yang menjadi fokus kaji keduanya. Selanjutnya darinya akan dicari kekuatan dan kelemahan, serta kemungkinan relevansi dari dua pemikiran itu untuk menemukan alternatif baru sebagai model sistematis- refleksif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran keagamaan di masa kini dan akan datang. Membandingkan pemikiran empirisme kedua tokoh di atas penting dilakukan, mengingat tradisi empirisme di dunia kedua tokoh ini ternyata mengalami perbedaan yang cukupekstrim. Jika di Barat, empirisme itu telah memberikan sumbangan penting bagi kekayaan khazanah epistemologis dan telah membuahkan kemajuan di bidang sains dan teknologi, tidak demikian halnya yang terjadi di Timur. Empirisme, di Timur, lebih dianggap sebagai benih yang akan melahirkan ateisme. Berbasis pemikiran dua tokoh empirisme tersebut, lahir gagasan strategis yang bisa disintesakan untuk membangun ilmu pengetahuan modern sekaligus pemikiran keagamaan (Islam). Kedua bangunan epistemologi itu dapat digabungkan dalam rangka merekonstruksi bangunan epistemologi Islam yang lebih terbuka, karena sebenarnya hanya dalam wilayah inilah teori-teori pengetahuan akan bermunculan, tanpa harus merongrong kewibawaan metafisis dan etis. Dalam konteks penggabungan itu, landasan fitrah berbasis ajaran Islam harus menjadi dasar pijak, sebagaimana dipaparkan Ibnu Taimiyyah, bahwa fitrah manusia menjadi landasan adanya pertanggungjawaban manusia di akhirat dan landasan adanya taklif, berupa keharusan-keharusan melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan- larangan yang ditetapkan Allah. Fitrah adalah anugerah Allah yang menuntun manusia ke arah yang baik dan benar.

Cite

CITATION STYLE

APA

Kurnianto, R. (2014). Perbandingan Konsepsi Epistemologi Empirisisme Ibnu Taymiyyah dan John Locke. TSAQAFAH, 10(1), 153. https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v10i1.68

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free