Permasalahan global warming memunculkan ide bangunan hijau sebagai salah satu solusi guna menurunkan pemanasan global, terutama pada bangunan pelayanan public. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat ‘hijau’nya bangunan Kantor Perumda Tirta Ampera Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk pendataan, yaitu observasi, wawancara bebas dan literature. Analisis menggunakan metode kuantitatif berupa penilaian/pengukuran dengan menggunakan variable greenship versi 1.2. Hasil penilaian/pengukuran menunjukkan, bahwa empat syarat terpenuhi dari enam syarat kelayakan bangunan menurut Green Building Council Indonesia (GBCI), yaitu tepat guna lahan (ASD: 6 poin), efisiensi dan konservasi energi (EEC: 3 poin), sumber dan siklus material (MRC: 7 poin), kesehatan dan kenyaman dalam ruang (IHC: 3 poin), sementara yang tidak terpenuhi adalah konservasi air (WAC: 0 poin) dan manajemen lingkungan bangunan (BEM: 0 poin). Total keseluruhan poin adalah 19 atau 18,81%, sehingga gedung ini belum memenuhi bangunan hijau karena belum memenuhi standar minimal sebesar 35%. Tindak lanjut yang diperlukan untuk ‘hijau’nya bangunan ini adalah upaya rainwater harvesting dan perbaikan manajemen lingkungan terutama penanganan sampah.
CITATION STYLE
Syamsiyah, N. R., & Widodo, E. W. (2023). Arsitektur Berkelanjutan Gedung Perumda Tirta Ampera Boyolali Berdasarkan Hasil Greenship New Building Versi 1.2. JRST (Jurnal Riset Sains Dan Teknologi), 7(2), 133. https://doi.org/10.30595/jrst.v7i2.15527
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.