Dalam memeriahkan hari raya nyepi, biasanya muda-mudi pada suatu desa pakramansetelah melakukan upacara taur kesanga menggelar pawai ogoh-ogoh. Pawai ogoh-ogoh inidilaksanakan sebagai ekspresi dari nyomia bhuta kala menjadi bhuta hita. Oleh karena itu, ogohogoh yang dibuat sehubungan dengan menyemarakkan hari raya nyepi hendaknya dalam wujudbhuta kala. Ogoh-ogoh itu selanjutnya diarak keliling desa pakraman yang bersangkutan sambildiiringi oleh tetabuhan baleganjur. Agar ogoh-ogoh yang sudah selesai diarak keliling desapakraman tidak dimasuki oleh bhuta kala, maka ogoh-ogoh itu sebaiknya diprelina dengan jalanmembakar di setra atau kuburan milik desa pakraman yang bersangkutan. Ogoh-ogoh yang diarakkeliling desa pakraman sebetulnya murni merupakan kreativitas seni dan budaya desa pakramansetempat, mengingat ogoh-ogoh itu tidak ada koneksitasnya dengan hari raya nyepi.
CITATION STYLE
Diatmika, I. D. G. N. (2019). OGOH-OGOH DAN HARI RAYA NYEPI. Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu, 2(2), 82–94. https://doi.org/10.36663/wspah.v2i2.19
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.