Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran kepala keluarga yang mengalami pemutusan hubungan kerja pada perusahaan batubara hingga mampu menghadapi kenyataan, menerima keadaan dan menjalani hidup serta tetap memenuhi peran sebagai kepala keluarga dan seorang individu. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran kesejahteraan psikologis seorang kepala keluarga setelah mengalami pemutusan hubungan kerja. Penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini sebanyak dua kepala keluarga dalam rentang usia produktif bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja menimbulkan perasaan kecewa, bingung, dan sedih pada kepala keluarga yang mengalaminya. Namun hal tersebut juga membuat kedua subjek menjadi lebih religius setelah mengalami pemutusan kerja. Ditemukan pula bahwa dukungan sosial, kemampuan bersyukur dan prinsip hidup nrimo atau nompo membantu subjek menghadapi masa-masa sulit dalam mencapai kesejahteraan psikologis. Salah satu subjek mengatakan rasa nyaman di hati dan kehadiran pasangan sebagai kunci kesejahteraan psikologis sedangkan subjek yang lain menyatakan kesejateraan psikologis berupa perasaan bahagia dan tercukupi namun tidak berlebihan serta keadaan rumah tangga yang baik dan diimbangi dengan kesehatan fisik.
CITATION STYLE
Sari, N. A. (2015). Psychological Well-Being Pada Kepala Keluarga yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2). https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v3i2.3773
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.