Tingkat Tutur dalam Bahasa Sasak dan Bahasa Jawa

  • Wilian S
N/ACitations
Citations of this article
98Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

This paper discusses about speech levels in Sasak, the language of the indigenious people of the island of Lombok, examining the style, meaning and some historical background of the speech levels. Based on the data, it shows that Sasak, like Javanese and Balinese, also contains low, mid, high and few honorific vocabularies which are assumed to have been borrowed from Javanese (Steven, 1975; Nothofer, 1975). However, the use of the high and honorific variations are scarecly heard in the everyday common Sasaks conversation. In most occurrences, the high speech level is pronounced only among the so called menak Sasaks and its surrounding. Therefore, it rejects the idea that Sasak speech levels is as elaborate and complex as Javanese due to the fact that Sasak has only a few high and honorific vocabularies known by the Sasak aristocracy. KEYWORDS Bahasa Sasak, Bahasa Jawa, tingkat tutur, bentuk kesantunan, tindak tutur. Dalam setiap masyarakat penutur suatu bahasa pastilah dikenal bentuk-bentuk kesantunan untuk menyatakan hormat dalam berkomunikasi atau bertindak tutur antarsesama. Setiap bahasa memiliki cara-cara tertentu untuk menunjukkan sikap hubungan antara orang yang berbicara dan lawan bicaranya yang dapat menunjukkan tingkat kesantunan di antara kedua belah pihak. Salah satu representasi kesantunan dalam bertindak tutur itu adalah pemakaian bentuk-bentuk ungkapan atau keberadaan tingkat tutur yang membedakan apakah suatu tuturan (ucapan) seseorang itu santun atau tidak. Memang tidak semua bahasa mengenal adanya tingkat tutur dalam repertoar masyarakat pendukungnya. Meskipun demikian, wujud kesantunan juga dapat dinyatakan dengan apa yang dikenal dalam komponen kebahasaan sebagai paralanguage atau suprasegmental features. Lazimnya, tingkat tutur kebanyakan bahasa yang telah diketahui dinyatakan dengan pemakaian pronomina yang berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan rasa hormat itu. Secara garis besar, bentuk tingkat tutur dalam suatu bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yakni bentuk hormat dan bentuk biasa, yang masing-masing pemakaiannya bergantung pada relasi antara si penutur dengan petutur atau mitra tutur. Akan tetapi, tidak semua bahasa mempunyai bentuk tingkat tutur yang sama. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal tingkat tutur halus yang berfungsi membawakan rasa kesopanan yang tinggi, kemudian tingkat tutur menengah untuk menyatakan rasa kesopanan yang sedang, dan tingkat tutur (32—53)

Cite

CITATION STYLE

APA

Wilian, S. (2006). Tingkat Tutur dalam Bahasa Sasak dan Bahasa Jawa. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 8(1), 32. https://doi.org/10.17510/wjhi.v8i1.245

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free