Indonesia memiliki sekitar 200 jenis bajakah; 4 di antaranya yaitu bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.), kalalawit (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.), bajakah jari lima (Schefflera petiolosa (Miq.) Harms), dan longkur (Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Moritzi) Benth.) yang telah digunakan oleh suku Dayak untuk pengobatan kanker payudara. Studi ini menguji sitotoksisitas antikanker payudara ekstrak akar dari keempat bajakah di atas. Ekstraksi menggunakan sample grinding pestle dengan pelarut air, air panas, etanol 96%, dan n-heksan. Uji sitotoksisitas ekstrak dilakukan secara in vitro terhadap sel T47D dengan pembanding tamoksifen. Nilai IC50 dari uji sitotoksik ekstrak etanol, air panas, air, dan n-heksan berturut-turut: 1136; 1871,5; 2294,25; dan 3975,5 µg/mL (R2 = 0,962; 0,943; 0,943; dan 0,956), tamoksifen 9 µg/mL (R2 = 0,9581). Ekstrak etanol bajakah merupakan yang paling toksik dibanding lainnya. Sehingga untuk perbaikan nilai IC50 dilakukan ekstraksi reflux menggunakan etanol 96% pada keempat akar bajakah. Hasil menunjukkan nilai IC50 bajakah kalalawit, tampala, longkur, dan jari lima yang membaik yaitu berturut-turut adalah 407; 708; 881; dan 1.096 µg/mL (R2 = 0,9717; 0,952; 0,9367; 0,9369). Keempat ekstrak bajakah mengandung zat aktif antikanker payudara (mengingat nilai R2 uji sitotoksisitas > 0,93), namun kadar yang terekstraksi sangat kecil sehingga perlu dilakukan ekstraksi dengan menggunakan soxhlet.
CITATION STYLE
Aliviyanti, R. U. Y., Sudibyo, R. S., & Murwanti, R. (2021). EFEK SITOTOKSIK BEBERAPA AKAR BAJAKAH KALIMANTAN TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D. Jurnal Penelitian Saintek, 26(2). https://doi.org/10.21831/jps.v26i2.41211
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.