Kajian ini mendiskursuskan persoalan sentimentalitas, kebangkitan politik populisme, dan populisme kanan yang sedang menjadi trend baru dalam praktek politik dan berdemokrasi di Indonesia, serta masalah keadilan politis dalam bernegara. Pisau analisis yang digunakan adalah: konsep Massa, Ratsio Instrumental, Sentimentalitas, Integrasi dan Disintegrasi, Konflik, Keadilan Pra Politis Dan Keadilan Politis, dan Demokrasi. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan kombinasi metode telaah kasus terhadap data-data sekunder (dokumen). Hasil kajian dipetakan dalam 6 pokok bahasan, yaitu: 1). Kebangkitan Politik Populsime dan Teror Massa: Studi Kasus Indonesia, 2). Terbantahnya Klaim Fukuyama Tentang Kemenangan Demokrasi Liberal, 3). Tubrukan Antara Keadilan Pra Politis Dan Keadilan Politis, 4). Aturan Oikos Menginvasi Kehidupan Polis, 5). Populisme Kanan dan Instrumentalisasi Sentimentalitas Yang Berujung Brutalitas, 6). Menjaga NKRI, Mengantisipasi Sindrom Orang Tertindas Dan Fundamentalitas. Secara garis besar hasil kajian menunjukkan bahwa, politik populisme lewat gerakan massa yang murka adalah untuk menekan pemerintah, mendikte pengadilan dan aparat hukum juga menerjang prosedur demorkasi. Populisme kanan juga mengancam NKRI. Tesis Francis Fukuyama terbantahkan karena demokrasi bisa berjalan mundur. Kajian ini menyimpulkan, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik untuk Indonesia. NKRI bisa diselamtkan dengan meningkatkan rasionalitas publik, adanya belajar ganda atau saling belajar antara sekularisme dan agama, menegakan hukum sebagai sabuk pengaman demokrasi termasuk menata lalu-lintas komunikasi di dunia maya dengan hukum yang tegas, dan mengantisipasi munculnya fenomena “sindrom orang tertindas” dalam pertarungan politik.
CITATION STYLE
Bataona, M. R. (2019). Instrumentalisasi sentimentalitas, teror massa dan problem keadilan politis dalam negara. FLOBAMORA, 2(1), 7–25. https://doi.org/10.46888/flobamora.v2i1.11
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.