Perlawanan Tak Kunjung Padam: Adat, Agama, dan Resistensi Terhadap Kolonial dalam Sitti Nurbaya

  • Zuhroh F
  • Nada A
  • Taufiqoh F
  • et al.
N/ACitations
Citations of this article
12Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Kebijakan belasting di luar Jawa muncul sebagai akibat tidak langsung penghentian praktik culturstelsel yang memberikan banyak keuntungan pada pihak pemerintah kolonial. Dalam konteks Minangkabau kewajiban pajak perorangan itu bertentangan dengan isi perjanjian Plakat Pajang yang mengikat antara pihak Belanda dengan masyarakat Minangkabau. Tak ayal kebijakan itu memicu gelombang perlawanan rakyat Minangkabau. Resistensi masyarakat setempat lantas memuncak pada sebuah peristiwa akbar yang dalam sejarah sosial dikenal sebagai Perang Kamang (1908). Kronik tentang penolakan pajak tersebut tidak hanya terekam dalam dokumen sejarah formal, dalam roman Sitti Nurbaya (1922) Marah Roesli menjadikan heroisme masyarakat Minangkabau sebagai latar melodrama yang melibatkan Samsul Bahri dan Datuk Meringgih dalam sebuah pertikaian. Artikel ini membahas genealogi radikalisme masyarakat Minangkabau sejak abad XIX hingga awal abad XX, muasal resistensi sebagaimana digambarkan dalam narasi roman Sitti Nurbaya, serta bentuk resistensi masyarakat setempat menghadapi kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Dalam tulisan roman gubahan Marah Roesli ditempatkan sebagai objek telaah dengan maksud hendak mendeskripsikan kondisi masyarakat Melayu kala itu serta resistensi rakyat Minangkabau terhadap kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan pendekatan New Historism. Hasil kajian ini mencakup tiga hal, yakni munculnya radikalisme masyarakat Minangkabau (gerakan Paderi) merupakan imbas dikenalnya Minangkabau sebagai poros pembaharuan Islam yang melahirkan tokoh-tokoh ulama terkemuka; penyebab resistensi masyarakat Minangkabau dalam Sitti Nurbaya yang berkenaan dengan perjanjian Plakat Pajang pasca tumbangnya pertahanan Paderi; dan resistensi masyarakat Minangkabau terhadap pemerintah kolonial ditemukan dalam bentuk resistensi senjata dan nonsenjata (verbal) sebagai bentuk pertahanan identitas budaya dan bangsa mereka.

Cite

CITATION STYLE

APA

Zuhroh, F., Nada, A. Q., Taufiqoh, F. U., Lutfiyah, S. K., Husna, S. A., & Khodafi, M. (2023). Perlawanan Tak Kunjung Padam: Adat, Agama, dan Resistensi Terhadap Kolonial dalam Sitti Nurbaya. SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 4(2), 80–93. https://doi.org/10.15642/suluk.2022.4.2.80-93

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free