There are two main problems destroying and paralyzing the existence of da’wah in the present time. The first is the weakness of epistemological study that makes dak’wah is meant as just a routine, temporal, and instant activity, which is strengthened with the doctrine that performing da’wah activity is God’s order. The second is the dominant interpretation that da’wah is an oral communication that flowered with jokes and satires. For that reason, there are some steps to be appropriately done to give a new direction in reconstructing da’wah (Islamic preaching) in Indonesia. The steps are: 1) to change exclusive discourse of religiosity to an inclusive one; 2) the admission of plurality in religion; 3) actualizing empowerment da’wah; and 4) inter-religion dialogues, as an orientation of future da’wah. Ada dua masalah dasar yang menggerogoti dan melumpuhkan eksistensi dakwah dewasa ini yaitu lemahnya kajian epistemologi sehingga dakwah hanya dimaknai sebagai rutinitas, temporal dan instan yang dikuatkan dengan argumen bahwa berdakwah adalah perintah Tuhan dan dominasi pemahaman bahwa dakwah adalah oral comunication yang mementingkan banyolanbanyolan garing dan satir. Untuk itu, ada beberapa langkah yang harus digarap secara tepat untuk memberikan arah baru dalam melakukan proses rekonstruksi dakwah Islam di Indonesia. Langkah tersebut adalah pertama, mengubah wacana eksklusif tentang cara keberagamaan menuju wacana inklusif, kedua, pengakuan adanya pluralitas dalam beragama, ketiga, membumikan dakwah pemberdayaan, dan yang keempat, adalah upaya dialog antar agama, sebagai orientasi dakwah masa depan.
CITATION STYLE
Rochman, K. L. (2017). MENGURAI KEBINGUNGAN (REFLEKSI TERHADAP KESEMRAWUTAN KONSEP DAKWAH ISLAM DI INDONESIA). KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 9(2), 218–242. https://doi.org/10.24090/komunika.v9i2.851
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.