Perilaku bunuh diri berawal dari keadaan individu yang melukai dirinya sendiri sebagai cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Salah satu alasan dilakukannya perilaku tersebut adalah karena kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan loneliness dengan perilaku self-harm. Penelitian menggunakan metode kuantitatif korelasi, jumlah responden adalah 59 orang diambil dari Kelurahan Brang Bara Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Loneliness UCLA loneliness scale 3 disusun oleh Rusel (1996) dan kuesioner self-harm inventory. Hasil menunjukkan bahwa responden kategori loneliness sedang (76,3%), lebih dari separuh remaja (n=34 atau 57,6%) dalam kategori self-harm sedang. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel lonliness dengan self-harm, diketahui nilai r tabel 0.2126 dan signifikansi (2-tailed) sebesar 0.711 (> 0,05). Artinya semakin tinggi remaja merasa loneliness maka perilaku melukai diri akan semakin tinggi dimunculkan oleh remaja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa loneliness berhubungan dengan self-harm. Rekomendasi untuk orang tua agar memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan selalu membimbing sehingga anak tetap dapat melakukan sosialisasi dengan orang atau teman-teman di sekitarnya.
CITATION STYLE
Istiana, D., Safitri, R. P., Pratiwi, E. A., & Oksafitri, A. (2023). Hubungan Loneliness dengan Perilaku Self-Harm pada Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan Dharmas Indonesia, 3(2), 57–62. https://doi.org/10.56667/jikdi.v3i2.1213
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.