Kepemimpinan wanita dalam kancah politik menuai kontroversi di dalam Islam. Hal ini disebabkan oleh nas{ hadis sahih yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan beruntung jika dipimpin oleh wanita. Bagi ulama konservatif, akan memahami hadis tersebut apa adanya (tekstual). Namun bagi ulama yang moderat akan memahaminya dari sisi kontekstual. Agama Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan hadis, oleh sebab itu, tidak adil kiranya jika hanya memotret dari sisi hadis saja dan mengesampingkan al-Qur’an. Artikel ini akan membahas tentang kepemimpinan wanita dari sisi al-Qur’an, hadis, biologis wanita dan sosiologis bangsa Indonesia. Kesimpulan artikel ini adalah al-Qur’an melegitimasi kepemimpinan wanita lewat kisah ratu Saba’ (Bilqi>s). Hadis tentang kepemimpinan wanita dapat dipahami sebagai ‘komentar’ Nabi terhadap pergantian kepemimpinan di Persia dan memiliki muatan lokal-temporal. Wanita memiliki kelemahan biologis pada saat menstruasi dan hamil, kelemahan fisik dibandingkan laki-laki, kelemahan psikologis dan emosional. Sedangkan bangsa Indonesia sesungguhnya juga menganut paham patriarki. Jadi, kontestasi politik terbuka lebar bagi siapapun, tanpa harus membeda-bendakan jenis kelamin. Siapapun yang terbaik, dialah yang berhak menjadi pemimpin.
CITATION STYLE
Patsun. (2020). KEPEMIMPINAN WANITA DALAM ISLAM. Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam Dan Tasawuf, 6(1), 95–108. https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i1.79
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.