Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Namun sebuah fakta yang tanpa disadari justru dalam pendidikan terdapat banyak praktik dishumanisasi yang sifatnya membelenggu utamanya yang terjadi pada siswa dan juga guru. Seorang guru terkadang harus terpaksa untuk mengabaikan esensi mendidik hanya karena sistem pendidikan yang demikian tidak memberikan kebebasan pada guru dalam melaksanakan pembelajaran. Demikian juga yang terjadi pada siswa yang semakin terbelenggu oleh sistem pendidikan yang menyebabkan tersembunyinya potensi yang dimiliki oleh anak didik karena kebutuhan pendidikannya belum terpenuhi. Sehingga diperlukan sebuah gagasan yang mampu mendobrak konsep-konsep pendidikan konvensional yang sangat membelenggu. Kajian ini berupaya untuk menelusuri pemikiran dari Maria Montessori tentang pendidikan yang memerdekakan. Dan berangkat dengan metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik filosofis, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Maria Montessori menggagas konsep pendidikan yang memerdekakan untuk mengembalikan esensi pendidikan yang harus mengabdi pada anak didik. Peran seorang pendidik hanyalah sebagai penuntun anak didik untuk menemukan jati diri dari anak didik, serta mengantarkan anak didik untuk mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Montessori juga menghapus pemberian hukuman dan penghargaan kepada anak didik, karena hal ini justru yang akan melahirkan kelas-kelas anak didik serta melahirkan praktik dishumanisasi yang baru.
CITATION STYLE
Siswadi, G. A. (2023). TELAAH ATAS PEMIKIRAN MARIA MONTESSORI TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya, 7(2), 118. https://doi.org/10.55115/widyacarya.v7i2.2731
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.