Dalam kajian neurosains terdapat bagian otak manusia yang disebut mirror neurons. Neuron ini dapat memantulkan kembali tindakan yang dilihat oleh seseorang dan membuat orang tersebut terdorong untuk menirukan dan melakukan hal yang sama. Berawal dari hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori mirror neurons dalam pendidikan Islam terutama kaitannya dengan metode uswatun hasanah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode uswatun hasanah atau keteladanan dalam pendidikan Islam memiliki pola yang sama dengan mirror neurons. Titik temu keduanya terdapat pada proses aktifitas peniruan (imitation) dan pengamatan terhadap perilaku (modeling) yang dilakukan antar individu selama proses belajar atau interaksi sosial. Mirror neurons bekerja bukan hanya pada tindakan fisik saja tetapi emosi pun dapat direspon oleh neuron ini. Konsekuensinya adalah pendidik sebagai model peniruan harus menunjukkan keteladanan dengan memperhatikan aspek tindakan, psikologi dan emosional seseorang sehingga menumbuhkan sikap empati. Empati inilah salah satu produk dari mirror neurons. Uswatun hasanah yang dilakukan secara terus menerus yang disertai dengan penguatan dapat memperkuat sambungan sirkuit di dalam otak termasuk mirror neurons, sehingga memori tidak mudah terhapus dan akan menjadi tata nilai dalam diri seseorang.
CITATION STYLE
Nurrohman, A., & -, S. (2020). Mirror Neurons dan Konsep Uswatun Hasanah dalam Pendidikan Islam. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 15(2), 210–224. https://doi.org/10.19105/tjpi.v15i2.3924
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.