Perang Suriah adalah salah satu konflik berkepanjangan yang telah berlangsung selama delapan tahun lamanya. Sulitnya menemukan titik damai menjadi penyebab kandasnya usaha pengentasan konflik di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri motif dibalik terjadinya peperangan di negara Suriah menggunakan pendekatan Historis. Hasil telaah dan analisis didapatkan bahwa Suriah sebagai negara sekular, memisahkan antara kehidupan bernegara dan beragama, selain itu Suriah juga merupakan negara etnoreligius yang damai sebelum perang merusak sendi-sendi kehidupan di sana. Bashar al Assad sebagai presiden Suriah memeluk ajaran Syiah sekte Awali yang merupakan sekte minoritas di Suriah, pengangkatannya dan juga ayahnya didukung oleh sebagian besar tokoh militer yang bermazhab Sunni. Pemaparan di atas jelas menunjukkan bahwa perbedaan mazhab antara Sunni dan Syiah di Suriah bukan menjadi penyebab utama terjadinya perang yang panjang. Lebih dalam lagi, hasil analisis menunjukkan terdapat berbagai kelompok yang bertikai di negara tersebut yaitu kelompok Pemerintah Suriah, Pasukan Demokratik Suriah (Rojava, SDF, QFD), Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), Jabhat al-Nusra, dan Oposisi Suriah. Sulitnya penyelesaian konflik yang terjadi diSuriah bukan hanya disebabkan oleh banyaknya kelompok interen yang bertikai dan memiliki tujuan serta kepentingan masing�masing, namun hal ini semakin diperparah juga oleh adanya keterlibatan negara-negara lain seperti Rusia, Arab Saudi, Iran, Israel, Turki, Amerikan, Ingris dan Prancis yang membawa berbagai macam motif dan kepentingan, hal inilah yang menyebabkan sulitnya tercipta konsensus yang mengarah kepada perdamaian di Suriah.
CITATION STYLE
Tasnur, I., & Wati, F. W. (2019). Konflik Sunni-Syiah Pasca Arab Spring: Menelusuri Motif Politik Dibalik Perang Berkepanjangan di Suriah. Jurnal Academia Praja, 2(02). https://doi.org/10.36859/jap.v2i02.112
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.