Pendidikan multikultural merupakan wacana baru yang ditawarkan untuk mengenalkan keanekaragaman budaya. Model pendidikan semacam ini merupakan sebuah paradigma pendidikan yang inklusif dan pluralis. Tawaran tersebut hadir dikarenakan, pendidikan agama selama ini dianggap sebagai pendidikan yang eksklusif dan dogmatis. Pendidikan multikultural yang mengajarkan kepada siswa untuk menghargai keragaman budaya, suku, ras, etnis, agama, mengalami problem teologis. Problemnya Yaitu: dekonstruksi konsep tauhid, relativisme kebenaran, anti otoritas penafsiran. Dengan ajaran yang semacam ini, mindset siswa juga bermasalah. Karena, selain dia mengakui agamanya sendiri, juga mengakui kebenaran agama lain. Pada kenyataannya, pendidikan multikultural bukan hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang keragaman budaya, suku ras, etnis dan agama, tetapi juga mengajarkan paham pluralisme agama, relativisme, dan humanisme sekuler. Berarti pendidikan model ini tidak membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah swt. Padahal Tuja- un pendidikan adalah menjadikan siswa bertakwa kepada Allah, sehingga ia menjadi orang yang beriman, Bukan menjadi manusia yang skeptik dan jauh dari nilai-nilai ketauhidan.
CITATION STYLE
Prihanto, P. (2013). Problem Teologis Pendidikan Multikultural. At-Ta’dib, 8(2). https://doi.org/10.21111/at-tadib.v8i2.509
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.