Ruptur perineum adalah robeknya organ genital wanita yang biasanya terjadi pada saat melahirkan. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kehamilan, umur ibu, berat badan bayi, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi. Ruptur perineum jika tidak segera diatasi akan menyebabkan perdarahan dan fistula. Masalah ini harus diteliti untuk meminimalkan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin. Prevalensi ibu bersalin di Indonesia yang mengalami ruptur perineum terus meningkat dari tahun ke tahun. Komplikasi yang paling umum dari ruptur perineum adalah perdarahan. Sebagian besar perdarahan dapat dikontrol dengan cepat dengan tekanan dan perbaikan bedah. Namun, pembentukan hematoma dapat menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar dalam waktu yang sangat singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas terhadap kejadian ruptura perineum pada persalinan fisiologis. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan fisiologis dengan nilai p value = 0,005. Ruptur perineum jika tidak segera diatasi akan menyebabkan perdarahan dan fistula. Faktor risiko laserasi perineum termasuk nullipara, sehingga bidan maupun dokter harus melakukan tindakan antisipatif pada ibu bersalin khususnya pada ibu primipara. Tindakan pencegahan dilakukan semenjak kehamilan hingga proses persalinan sehingga komplikasi seperti perdarahan tidak terjadi.
CITATION STYLE
Jayanti, K., Pujiati, P., Ambariani, A., & Damayanti, R. (2023). JUMLAH PARITAS SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP KEJADIAN RUPTURA PERINEUM PADA SAAT PERSALINAN FISIOLOGIS. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(7), 2865–2870. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i7.1227
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.