Pertumbuhan kendaraan roda dua maupun roda empat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahunnya terus bertambah, kenaikan kendaraan berkisar sampai seratus empat puluh ribu sampai seratus lima puluh ribu kendaraan bermotor pertahun, ini mengakibatkan semakin meningkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas di Yogyakarta. Salah satu langkah mengurai kemacetan perlu dilakukan pembangunan transportasi kereta ringan Light Rail Transit (LRT) di Yogyakarta dan sesuai pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/Multimoda menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pelayanan transportasi, memecahkan berbagai permasalahan transportasi dan mengantisipasi berbagai perkembangan maka selain diperlukan pengembangan Bus Rapid Transit (BRT) diperlukan juga pengembangan perkeretaapian perkotaan dan regional di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal yang perlu diperhatikan adalah daya beli pengguna jasa dalam kemampuan ATP (Ability To Pay) dan kemauan WTP (Willingness To Pay) membayar tarif LRT tersebut. Kajian ini ingin mengetahui penelitian mengetahui besaran daya beli calon pengguna Trem/LRT berdasarkan ATP dan WTP, dan berdara hasil analisis diperoleh ATP dan WTP dikategorikan menjadi dua yaitu kategori pelajar dan kategori umum dan tarif ideal yang sebenarnya masih dibawah nilai kemampuan membayar (ATP) responden pelajar sebesar Rp 8.620,- (Rp 431 x 20 km) dan responden umum sebesar Rp 15.700,- (Rp 785 x 20 km) sehingga apabila diterapkan tarif tersebut masyarakat masih mampu membayar dan mau menggunakan trem.
CITATION STYLE
Dwitasari, R. (2019). Kemampuan dan kemauan membayar (ATP-WTP) calon pengguna angkutan umum light rail transit (LRT) di Yogyakarta. Jurnal Transportasi Multimoda, 16(2). https://doi.org/10.25104/mtm.v16i2.967
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.