Abstrak: Kesepakatan atau pertikaian dalam mencurahkan hermeneutika ke dalam kebenaran dasar terjadi dalam menafsirkan al-Qur'an. Hermeneutika tidak menginginkan wacana kebenaran ultimed besar tapi pertimbangan didasarkan. Agama dibentuk berdasarkan beberapa karakteristik penafsiran sebagai ziyadahhermeneutika, ini adalah interpretasi dalam perluasan teks, hermeneutika nuqṣan (tidak sempurna), kurang dari sekedar memuat teks. Sedangkan qillahhermeneutics (minus) adalah interperetasi untuk menggunakan setengah atau seperempat dari teks payload Ḥanafī mengkategorikan hermeneutika muatan dengan beberapa bentuk; hermeneutika wa'fi (sifat / nama), hermeneutika alami, hernetika madi (zat), hermeneutika shuri (figuratif / orientasi). Pengertian agama muncul dikotomi antara mengadopsi agama Islam dari pada al Quraish atau westernisasi. Jadi pemahaman Islam terkikis dalam interpretasi humanistik, liberalistik, modernistik, feminisme, pluralistik dan anakronistik. Ḥanafī mengenalkan teori hermeneutika dengan pendekatan istimbati istiqra'i (deduktif eksplorasi). Istiqra 'mengerti dengan istaqraitu dianggap dengan' saya telah menguji keras 'satu tema dari teks Kitab Suci. Pergerakan pembaharuan Islam di masa kini akan mentransfer 'ishlah dīn (agama reformasi) ke naḥdhah syāmilah' (pertunjukan kebangkitan) sebagai cara untuk mendapatkan abad pertengahan untuk menyarankan transformasi atau revolusi agama sosial. Transisi dari 'naḥdhah syāmilah' akan melahirkan rasa pencerahan melalui pencitraan inklusif dalam menyatukan visi berawal dari realisasi Islam; itu dari kiri ke kanan Islam, atau sebaliknya mengasumsikan maslahah (kesejahteraan).
CITATION STYLE
Nurkhalis, N. (2017). The Urgency of Hasan Hanafi’s Hermeneutics in Understanding Religion at Globalization Era. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 22(03), 44–50. https://doi.org/10.9790/0837-2203074450
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.