Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi zat gizi kronis atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD. Dampak yang diakibatkan oleh stunting terbagi menjadi dua, yaitu akibat jangka pendek dan jangka panjang. Beberapa kondisi yang diketahui sebagai faktor risiko dari stunting antara lain faktor genetik, kerentanan terhadap penyakit, status gizi, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, dan terbatasnya layanan kesehatan. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar 30,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi stunting pada siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe dengan melibatkan 265 orang siswa. Metode penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Hasil analisis univariat didapatkan karakteristik responden terbanyak usia 14 tahun (31,7%), jenis kelamin laki-laki (52,8%). Gambaran prevalensi stunting pada siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe dengan kategori pendek (25,3%), dan kategori sangat pendek (12,1%). Kesimpulan penelitian terdapat siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe yang mengalami stunting (sangat pendek) sebanyak 12,1%.
CITATION STYLE
Mustika, S., Khairunnisa, C., & Mardiati, M. (2022). Prevalensi Stunting pada Siswa SMP Negeri 7 Lhokseumawe. GALENICAL : Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh, 1(4), 63. https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i4.8907
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.