Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. Pemberian pengobatan rutin jangka panjang yang tidak adekuat membuat frekuensi eksaserbasi penyakit PPOK semakin tinggi.Penelitian ini bertujuan menentukan kaitan keteraturan berobat jalan dan pemberian bronkodilator inhalasi dengan frekuensi eksaserbasi pada penderita PPOK lansia. Metode pada penelitian ini bersifat deskriptif analitik, menggunakan data rekam medis dengan cara mencatat data kunjungan rawat jalan dan frekuensi eksaserbasi yang dialami oleh penderita PPOK lansia dalam setahun yang memerlukan rawat inap. Dijumpai penderita PPOK di RS.GL Tobing yang terbanyak berjenis kelamin laki-laki 72,3%. Rerata umur penderita PPOK adalah umur 63,66 tahun. Rerata lama rawat inap adalah 3 hari. Penderita PPOK selama setahun yang teratur berobat jalan sebanyak 27 orang (32,5%), sedangkan yang tidak teratur berobat jalan sebanyak 56 orang (67,5%). Frekuensi eksaserbasi penderita PPOK lansia dengan keperluan rawat inap menurun secara signifikan dengan keteraturan berobat jalan (p<0,05). Frekuensi eksaserbasi penderita PPOK lansia dengan keperluan rawat inap menurun signifikan dengan penggunaan bronkodilator inhalasi (p<0,05). Frekuensi eksaserbasi penderita PPOK lansia yang dirawat inap menurun signifikan dengan keteraturan berobat jalan dan penggunaan bronkodilator inhalasi.
CITATION STYLE
Arbaningsih, S. R. (2020). Hubungan Pemakaian Bronkodilator Inhalasi terhadap Frekuensi Kekambuhan (Eksaserbasi) pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Usia Lansia. JURNAL PANDU HUSADA, 1(2), 107. https://doi.org/10.30596/jph.v1i2.4606
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.