Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Bandung

  • Anggriani A
  • Lisni I
  • Kusnandar K
N/ACitations
Citations of this article
96Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi antibiotik dan infeksi nosokomial lebih banyak terjadi di ruang Intensive care unit (ICU). Faktor peningkatan resistensi antibiotik di ruang ICU meliputi penggunaan obat antibiotik dengan spektrum yang luas, kemudahan terjadinya cross-transmission, dan gangguan pertahanan tubuh pasien yang dirawat di ruang ICU. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menilai penggunaan antibiotik pada pasien yang dirawat di ICU di salah satu RS swasta di Bandung. Penelitian dilakukan menggunakan metode observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif dan konkuren, dan penyajian data secara deskriptif meliputi data hasil analisis kuantitatif yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, diagnosa, penggunaan obat antibiotik dan data analisis kualitatif yaitu berdasarkan indikasi, dosis pemberian, interval waktu pemberian, lama waktu pemberian, kombinasi, dan interaksi obat. Analisis kuantitatif penggunaan antibiotik berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan secara bermakna, berdasarkan usia paling banyak usia 65 tahun ke atas, berdasarkan diagnosa terbanyak adalah gastroenteritis akut dan stroke infark, sedangkan antibiotik paling banyak digunakan di ruang ICU adalah antibiotik seftriakson. Analisis kualitatif dinilai kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan indikasi penyakit 100%, berdasarkan dosis pemberian 100%, berdasarkan interval waktu pemberian antibiotik 92,31%, berdasarkan lama waktu pemberian antibiotik 92,31%, berdasarkan kombinasi sinergis terjadi pada penggunaan antibiotik seftriakson dengan meropenem, seftazidim dengan levofloxacin, dan metronidazol dengan levofloxacin masing-masing 7,69%. Berdasarkan interaksi, terjadi interaksi mayor pada obat deksametason dengan levofloksasin (7,69%) dan moderate pada obat seftriakson dengan furosemid (7,69%). Antibiotik seftriakson paling banyak digunakan di ruang ICU. Dari kajian rasionalitas diketahui adanya kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan indikasi penyakit, dosis pemberian, interval waktu pemberian, lama waktu pemberian, dan penggunaan kombinasi antibiotik. Terjadi interaksi obat signifikan secara klinis.

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Cite

CITATION STYLE

APA

Anggriani, A., Lisni, I., & Kusnandar, K. (2018). Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Bandung. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 15(2), 171. https://doi.org/10.30595/pharmacy.v15i2.3061

Readers' Seniority

Tooltip

PhD / Post grad / Masters / Doc 7

78%

Lecturer / Post doc 1

11%

Researcher 1

11%

Readers' Discipline

Tooltip

Pharmacology, Toxicology and Pharmaceut... 6

50%

Medicine and Dentistry 3

25%

Nursing and Health Professions 2

17%

Agricultural and Biological Sciences 1

8%

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free