Permasalahan ketersediaan batang bawah dapat diatasi melalui stek batang bawah yang telah diokulasi. Tujuan penelitian ini untuk melihat respon pertumbuhan tunas dan perakaran hasil okulasi kedua dan ketiga dibandingkan dengan okulasi pertama pada batang bawah yang sama. Penelitian dilakukan dengan mengokulasi batang bawah usia 7 bulan sebanyak tiga tingkat, yaitu okulasi pertama, okulasi kedua dan okulasi ketiga dengan jarak antar okulasi sekitar 20 cm. Setelah okulasi berhasil, tanaman dipotong dan distek dalam root trainer. Pengamatan meliputi diameter dan warna kulit batang, tingkat keberhasilan okulasi, waktu pecah tunas, tingkat kematian stek, pertumbuhan akar dan tunas setelah distek. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan okulasi masing-masing sebesar 80% untuk okulasi pertama, 84% untuk okulasi kedua dan 71% untuk okulasi ketiga. Waktu optimal pecah tunas pada 11-19 HSS. Rata-rata tinggi tunas okulasi umur 49 HSS untuk okulasi kedua dan ketiga masing-masing sebesar 7,55 cm dan 7,66 cm dan persentase berakar masing-masing sebesar 69% dan 52%, dengan rata-rata panjang akar 4,80 cm dan 3,23 cm, keduanya nyata lebih rendah dari kontrol sebesar 18,05 cm untuk tinggi tunas dan 14,7 cm untuk panjang akar.
CITATION STYLE
Admojo, L., & Prasetyo, N. E. (2019). PENGARUH OKULASI BERTINGKAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) ASAL STEK. Jurnal Penelitian Karet, 31–42. https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v37i1.623
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.