Intensi keluar didefinisikan sebagai faktor pemediasi antara sikap yang mempengaruhi niat karyawan untuk berhenti dari organisasi dengan perputaran karyawan yang sebenarnya (Glissmeyer et al., 2008). Karyawan yang berkomitmen tinggi terhadap organisasinya akan memberikan keunggulan kompetitif yang krusial seperti produktivitas yang tinggi dan perputaran karyawan yang rendah (Vance, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komitment afektif, kontinuan dan normatif terhadap intensi keluar pada perawat di RS XYZ Yogyakarta. Desain penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 101 perawat. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang bertujuan untuk mengukur komitemen afektif, kontinuan, normatif, dan intensi keluar. Kuesioner tersebut terdiri dari 28 pernyataan yang telah diuji validitas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS Versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen afektif, kontinuan, dan normatif memiliki pengaruh negatif terhadap intensi keluar. Komitmen afektif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan beta -0,340. Komitmen kontinuan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan beta -0,27. Komitmen normatif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan beta -0,24. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga komponen komitmen organisasional berpengaruh secara negatif dan signifikan pada intensi keluar.
CITATION STYLE
Susilawati, T. E. (2019). Pengaruh Komitmen Afektif, Kontinuan, Dan Normatif Pada Intensi Keluar. Optimal: Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 12(2), 154–170. https://doi.org/10.33558/optimal.v12i2.1687
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.