Sebagian besar peta rawan tsunami Indonesia, khususnya kota Padang baru mulai dirancang setelah kejadian bencana tsunami Aceh tahun 2004. Peta rawan tsunami yang tersedia sekarang memiliki sumber dan kajian yang berbeda‐beda. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbedaan peta inundasi hasil pemodelan dengan TUNAMI N3 dan peta inundasi tsunami berdasarkan peta topografi. Untuk penelitian ini, peta inundasi tsunami diambil dalam skala besar (1:5.000) agar dapat memberikan informasi yang lebih terperinci karena dibuat dengan ukuran grid 90 meter. Daerah tinjauan dipilih di daerah Ulak Karang, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, karena merupakan wilayah padat penduduk dan termasuk sebagai pusat perekonomian. Hasil elevasi tsunami maksimum pemodelan tsunami dari sumber blok Pagai dan blok Sipora adalah 6,22 m dan 2,15 m. Keberadaan Kepulauan Mentawai berperan dalam meredam energi tsunami yang bersumber dari blok Sipora menghasilkan fluktuasi elevasi gelombang tsunami di blok Sipora lebih kecil daripada blok Pagai. Perbandingan luasan terdampak inundasi blok Pagai, blok Sipora dan berdasarkan topografi adalah 48%, 22% dan 38% dari seluruh luasan daerah tinjauan. Luasan wilayah terdampak inundasi berbanding lurus dengan nilai elevasi gelombang tsunami maksimum yang dihasilkan. Peta inundasi berdasar topografi memiliki kelemahan karena menganggap tinggi elevasi tsunami pada setiap grid di bibir pantai adalah sama dengan asumsi 5 meter. Berbeda dengan peta inundasi hasil pemodelan yang memiliki data elevasi tsunami yang telah mempertimbangkan kondisi profil pantai yang terintegrasi sebagai data batimetri dalam set up pemodelan.
CITATION STYLE
Muchlian, M., Honesti, L., & Djali, N. (2021). Studi Komparasi antara Peta Inundasi Tsunami Hasil Pemodelan TUNAMI N3 dengan Peta Topografi Daerah (Studi Kasus Kecamatan Ulak Karang, Kota Padang). Jurnal Teknik Sipil ITP, 8(2), 1. https://doi.org/10.21063/jts.2021.v802.01
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.