Akhir-akhir ini, syirik selalu mendengung dalam telinga kita. Amat sangat mudah seseorang menuduh saudaranya telah berbuat kemusyrikan. Jika dalam rangka menasehati tentu baik, tapi jika dibungkus dengan nada vonis, maka agaknya kurang elok dikerjakan. Syirik adalah antonimnya tauhid, maka dari itu jika orang telah berbuat kesyirikan, maka ia telah keluar dari agamanya. Namun pada tataran praktisnya, seyogyanya untuk berhati-hati dalam memberikan vonis syirik. Sebab jika tuduhannya tidak terbukti, maka tuduhannya kembali kepadanya sendiri. Alangkah baiknya jika ada saudara seiman yang jika dilihat mungkin telah melakukan suatu kemusyrikan, maka kita harus mengklarifikasi. Sebab mungkin saja mereka memiliki suatu alasan tertentu yang berlandaskan pada al-qur’an dan as-sunnah ataupun pendapat para ulama yang teruji kredibilitasnya. Sudahi untuk mencurigai, sebab jika diterus-teruskan maka akan terjadi chaos dalam tataran sosial. Padahal spirit kita dalam beragama adalah rahmatan lil alamin, dari mana adanya rahmat, jika antara sesama tidak saling rukun. Semoga dengan adanya counter narative seperti ini, tindakan intoleran akan menjadi semakin minim, yang mana pada akhirnya kita akan beragama dengan aman dan tentram.
CITATION STYLE
Vina Wardatus Sakinah, & Ahmad Hidhir Adib. (2022). Counter Narrative Terhadap Vonis Syirik dalam Kajian Fikih Nusantara. Wasathiyyah, 4(1), 18–27. https://doi.org/10.58470/wasathiyyah.v4i1.15
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.