ABSTRAK Dalam penulisan ini ada beberapa tujuan yang ditetapkan dan yang ingin dicapai serta merupakan dasar materi ini yaitu: Pertama, untuk menggali pandangan Rasul Paulus tentang sunat dalam Roma 2:25-29; 3:1. Kedua, untuk menjawab implikasi kebenaran sunat bagi kehidupan Kristen masa kini menurut teologi Perjanjian Baru. Adapun metode yang dipakai dalam penulisan ini: Pertama, penelitian kualitatif atau mencari makna sunat berdasarkan Surat Roma 2:25-29; 3:1. Sistematika penulisannya ialah, literatur tentang surat Roma, literatur tentang sunat, teologi Rasul Paulus. Kedua, eksegesis hermeneutika tentang sunat berdasarkan Roma 2:25-29; 3:1. Teknik pengumpulan data ialah inventarisasi, evaluasi kritis. Teknik analisis data ialah interpretasi, dan komparasi serta menulis hasilnya secara deskriptif. Berdasarkan uraian tentang studi Alkitab terhadap sunat dalam Roma 2:25-29 ; 3:1 dan implikasi bagi kehidupan Kristen masa kini, maka dengan ini penulis mengemukakan secara praktis beberapa hasil sebagai kesimpulanya: Pertama, sunat lahiriah tidak berfaedah ketika seseorang masih hidup dalam dosa dan tidak menaati Firman Tuhan. Kedua, sunat lahiriah hanya sebatas simbolis, sedangkan sunat hati sangat perlu dalam hidup kekristenan. Ketiga, Sunat yang dilakukan secara lahiriah (sarx) yakni pada tubuh atau daging hanya sebatas aturan atau tradisi. Keempat, sunat hati ialah sebuah situasi di mana seseorang yang sebelumnya hidup dalam dosa namun atas dasar kesadaran akan dosa atau pelanggaran, mempersilahkan Allah untuk masuk dalam hatinya, membersihkan hidupnya dari segala dosa (mengerat/menyunatkan hatinya) bagi Allah sehingga dapat menjalin intimasi dengan Allah yang kudus. Kelima, sunat sangat bermanfaat bagi kesehatan. Tuhan memakai para tenaga medis untuk menyingkapkan kebenaran. Allah tidak merancang sunat sebagai alasan medis, tetapi sunat sangat bermanfaat secara medis. 1655 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Seorang yang mengasihi Allah tentunya akan menaati atau menuruti perintah dan Firman-Nya. Salah satu perintah Allah ialah tentang sunat, keadaan inilah yang dibuktikan oleh Abraham. Dalam Perjanjian Lama, Abraham menunjukkan ketaatan-Nya kepada Allah dalam hal sunat, Kejadian 17:1-27. Walaupun dalam Perjanjian Baru sunat didepenulisankan oleh Paulus sebagai suatu bentuk penyucian hati atau hidup, di mana " kita harus mengerat kulit khatan hati kita untuk menjalin intimasi dengan Allah yang Kudus " .
CITATION STYLE
Marpay, B., & Tarigan, S. A. (2011). Studi Alkitab Terhadap Sunat Dalam Roma 2:25-29; 3:1 Dan Implikasinya Bagi Kehidupan Kristen Masa Kini. Jurnal Jaffray, 9(1), 164–187. https://doi.org/10.25278/jj.v9i1.090.164-187
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.