Penyebaran pandemi Covid-19 berdampak luas bagi kehidupan masyarakat, di mana survei BPS tahun 2020 menunjukkan pandemi menyebabkan krisis penghidupan bagi masyarakat perkotaan yang bekerja di sektor industri, pariwisata, dan pekerja informal. Sementara petani kecil, penggarap, dan buruh tani menjadi bagian terdampak di pedesaan. Penelitian ini berupaya melihat resiliensi masyarakat adat dan mekanisme adaptasi mereka dalam menghadapi krisis yang disebabkan oleh pandemi. Dengan menggunakan pendekatan etnografi, penelitian ini mengumpulkan data primer melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan pemangku adat, beberapa tokoh masyarakat, anggota masyarakat adat. Peneliti menggunakan teori resiliensi komunitas dan teori praktik sosial sebagai pendekatan kritis yang berpegang pada hubungan dialektik antara struktur dan agensi dalam hubungan sosial. Penelitian ini menemukan bahwa solidaritas sosial di pedesaan menjadi kekuatan kunci bagi resiliensi masyarakat adat di dataran tinggi, Gowa dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selain itu, faktor ikatan sosial, relasi sosial berbasis produksi juga ditopang oleh nilai-nilai sosio-kultural yang masih dipraktikkan secara kolektif. Kemampuan masyarakat adat untuk bertahan dari dampak pandemi juga ditopang oleh berbagai usaha pertanian berbasis komoditas. Akan tetapi rantai produksi komoditas sebagai tumpuan pendapatan utama masyarakat adat di pedesaan sangat ditentukan oleh mekanisme pasar. Pada kondisi seperti itu, solidaritas berbasis kultur yang terkonfigurasi sebagai tradisi, menjadi mekanisme pertahanan alternatif bagi masyarakat adat di pedesaan.
CITATION STYLE
Hak, I., & Ibrahim. (2023). Tradisi Riolo Sebagai Resiliensi Komunitas: Praktik Sosial Masyarakat Adat Pada Masa Pandemi Covid-19 di Dataran Tinggi, Gowa. Vox Populi, 5(2), 266–285. https://doi.org/10.24252/vp.v5i2.34886
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.