Penelitian dilakukan dengan mendesain ulang heat exchanger berjenis shell-and-tube unit MOES C yang digunakan PT. Krakatau Steel untuk mendinginkan Rolling Mill 5-6, menggunakan aplikasi HTRI bertujuan mencari nilai efektivitas tertinggi dari standar yang ditetapkan ( E> 0,5). Tipe alirannya adalah counterflow, baffle bertipe double segmental, tubepasses berjumlah dua pass dengan fluida air dari cooling tower pada tube-side dan fluida oli Turalik 52 pada shell-side, serta ditetapkan variasi baffle spacing 60 mm, 90 mm, dan 100 mm, lalu variasi flow rate 5,716 kg/s, 5,781 kg/s, dan 5,808 kg/s. Dari hasil perhitungan HTRI, Kenaikan flow rate pada Heat Exchanger mengakibatkan penurunan efektivitas, sebaliknya pada flow rate minimum pada Heat Exchanger terjadi kenaikan efektivitas. Semakin banyak jumlah baffle pada Heat Exchanger akan memperbesar nilai pressure drop yang terjadi penurunan heat transfer pada Heat Exchanger. Semakin tinggi flowrate maka semakin besar juga nilai heat transfer, tetapi juga semakin besar massanya dan nilai pressure drop yang terjadi pada Heat Exchanger juga semakin besar. Banyaknya jumlah baffle dan flowrate juga memengaruhi nilai pressure drop dan heat transfer.
CITATION STYLE
Kharisma, A. A., & Pangestu, W. M. (2021). Pengaruh Variasi Baffle Spacing dan Flow Rate Terhadap Efektifitas Heat Exchanger Shell and Tube Menggunakan Metode NTU (Number of Transfer Unit) dan HTRI. Jurnal Rekayasa Mesin, 21(1), 07–12. https://doi.org/10.36706/jrm.v21i1.70
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.