yang tak terelakkan dalam kajian hadis. Dari sini penting disadari bahwa hermeneutika bukan hal baru, apalagi “sesuatu” yang berbahaya bagi kajian Hadis. Istilah ini memang bukan dari pemikir Islam. Namun secara subtansi, hermeneutika sebagai kerja kritis atas hadis (sanad dan matan) telah melekat di kalangan muslim klasik dan modern-kontemporer. Tulisan ini ingin membuktikan bahwa Azami sekalipun, yang dikenal ‘anti’ barat, secara subtansi melakukan kerja hermeneutika. Metode kajian hadis Azami, baik sanad maupun matan akan ditarik dalam diskusi hermeneutika hadis, yang dalam hal ini penulis akan menggunakan tiga unsur dasar dalam wacana hermeneutika, yakni author (perawi), teks (hadis) dan reader (Azami). Artikel ini akan menjawan tentag bagaimana dan sejauhmana metode pemikiran hadis Mustafa Azami dapat diposisikan sebagai kerja hermeneutika, dalam hal ini sebagai kajian kritis atas sanad dan matan hadis? Hasil kajian menunjukkan bahwa Azami dalam kerja hermeneutika-nya senantiasa mengungkap diskusi keorisinalitas perawi (sanad) dan kerasionalitas matan dengan melakukan metode perbandingan. Argumen nalar digunakan dalam konteks menelusuri seputar fakta perawi, dan menentukan masuk akal atau tidaknya kandungan matan hadis
CITATION STYLE
HS, M. A. (2020). Kajian Hadis Mustafa Azami Sebagai Kerja Hermeneutika (Analisis Kajian Sanad dan Matan Hadis dalam Studies in Hadith Methodologi and Literature Karya Mustafa Azami). Jurnal Ushuluddin, 28(1), 30. https://doi.org/10.24014/jush.v28i1.7551
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.