Sejak skema pendanaan Belt and Road Initiative (BRI) diinisiasi pada tahun 2013, pemerintah China di bawah kepemimpinan Xi Jinping terus melakukan ekspansi kapital ke berbagai negara. Ekspansi ini merupakan bagian dari strategi China untuk menopang posisinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik global vis a vis Amerika Serikat. Setidaknya hampir 70 negara telah bergabung ke dalam jaringan pendanaan BRI. Skema kerjasama ekonomi ini ikut mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus membantu menutupi gap infrastruktur. Namun demikian, tidak semua negara menikmati pembangunan yang seimbang dalam kerjasama ekonomi dengan China. Sebagian mengalami ketergantungan dan bahkan terjebak ke dalam hutang seperti kasus negara-negara di kawasan Afrika. Artikel ini ingin menjawab pertanyaan mengapa skema kerjasama tersebut berubah menjadi jebakan hutang bagi negara-negara di kawasan Afrika. Mengembangkan konsep Structural Power dalam meneliti hubungan investasi China dengan tiga negara di kawasan yaitu Zimbabwe, Kamerun, dan Djibouti, artikel ini berargumen bahwa jebakan hutang terjadi karena disparitas struktur hubungan antara China sebagai negara pemberi dana dengan negara di kawasan sebagai penerima investasi. China, dalam hal ini, memiliki aspek “good” yang lebih dominan, sementara negara-negara Afrika lebih banyak pada “need”. Artikel ini juga menilai bahwa jebakan hutang merupakan strategi yang dilakukan China untuk menguasai ekonomi di kawasan Afrika.
CITATION STYLE
Al-Fadhat, F., & Prasetio, H. (2022). Debt-Trap Diplomacy: Bagaimana Ekspansi Kapital China Membentuk Jebakan Utang Bagi Negara-Negara Afrika. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 18(2), 150–176. https://doi.org/10.26593/jihi.v18i2.5262.150-176
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.