Ketimpangan sosial masih menjadi fenomena yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Kesenjangan yang paling kontras terlihat antara daerah perkotaan dan pesisir. Hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Myrdal, wilayah pesisir cenderung tertinggal karena jaraknya dari pusat kota. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa ada 35 daerah tertinggal yang tersebar di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk daerah pesisir di Kabupaten Gunungkidul yang meliputi Kabupaten Panggang, Saptosari, Tanjungsari, dan Girisubo. Setelah melakukan pengamatan, peneliti menggunakan metode berpikir lintas dengan pembandingan. Tujuan menggunakan metode ini adalah untuk mengambil poin-poin keunggulan yang telah berhasil diterapkan oleh suatu daerah yang kemudian titik-titik ini juga dapat diterapkan di daerah lain yang terbelakang. Berdasarkan uraian masing-masing parameter, penulis menetapkan Desa Ngloro sebagai lokasi penelitian karena dianggap sebagai desa yang paling dirugikan dibandingkan dengan yang lain. Kemudian para peneliti menetapkan Pulau Osi sebagai wilayah pembanding. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa peran semua pemangku kepentingan, terutama sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, BAPPENAS memiliki porsi yang lebih besar dalam menyiapkan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah. Karena itu, dalam upaya menyamakan pembangunan nasional, wilayah pesisir nusantara perlu mendapat perhatian.
CITATION STYLE
Pinandito, T. S., Asfiani, N., Mardziyah, A., & Pawestri, N. (2020). PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI PESISIR KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERBASIS INTERCONNECTED GOVERNANCE. Spirit Publik: Jurnal Administrasi Publik, 14(2), 177. https://doi.org/10.20961/sp.v14i2.39294
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.