Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesantunan tindak tutur dalam Amaedola Ononiha atau Peribahasa Nias untuk mendidik peserta didik nilai-nilai karakter cerdas, menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif studi literatur. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan data dikumpulkan dengan studi kepustakaan, serta dianalisis dengan teknik conten analysis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kesantunan tindak tutur dalam Amaedola Ononiha berperan mendidik peserta didik nilai-nilai karakter cerdas, meliputi: (1) Hadia zami ba manu?, na tenga iwo-iwo nia. Artinya, apa yang paling enak pada daging ayam? kalau bukan suara kokoknya; maknanya: mendidik peserta didik bertutur santun dengan baik, dan sopan santun penuh hormat; (2) Tufoi-tufoi mbeweu ua bulu lato, awena muhede ö; artinyan laplah bibirmu dengan daun jelatang terlebih dulu, baru engkau berkata; maknanya: berhati-hati dalam berkata-kata, bertutur dengan baik, santun dan ramah; (3) Böröta wa’atua-tua fangata’ufi Lowalangi; artinya, takut akan Tuhan adalah sumber pengetahuan; maknanya: mendahulukan, tunduk, takut, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (4) Mana na zalawa, mana na gere, fakaole li na muhede; artinya bangsawan dan pemimpin pasti ada kesalahan dalam berkata-kata; maknanya: memaafkan setiap kata-kata salah yang didengar; (5) Si’oi ua fönau faoma si’o, awena mofano’ö; artinya ukurlah terlebih dulu jalan di depanmu dengan tongkat, barulah berjalan; maknanya: sebelum membuat keputusan untuk bertindak sesuatu, perlu berpikir terlebih dulu dengan baik dan seksama; (6) Na ha sara li, na ha sambua zöndra, ta o likhe gawöni, ta o lae guli nasi; artinya, jika kita bersatu: se’ia sekata, satu pendapat, maka kita bisa memperlakukan/ mengerjakan pohon besar yang tinggi bagaikan memperlakukan lidi, dan memperlakukan laut samudera seperti memperlakukan daun dalam membungkus nasi; maknanya: bersatu sebagaimana sila ke tiga Pancasila; (7) Ni fo wuwusi bawa lösu, ni fakifu; artinya, seperti meniup mulut lesung; maknanya: bekerja keras, menahan, menanggung segala yang berat dan menyakitkan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, meraih cita-cita atau menghadapi masalah berat; (8) Ni fanuge mbögi, ni fatutue; artinya, seperti kelelawar bertengger, kepala di bawah dan kaki di atas; maknanya: mengerahkan segala: tenaga, pikiran, perasaan, perhatian, dan fokus pada sesuatu pekerjaan yang dihadapi; (9) Amalazita mbawa ndruhö, ebolo furi ba ebolo föna; artinya, kejepitan di pintu, luas di belakang dan luas di depan; maknanya: berpikir positif, dan yakin bahwa pasti ada jalan keluar dan pemecahan masalah dalam menghadapi segala kesulitan.
CITATION STYLE
Lase, F. (2022). Kesantunan Tindak Tutur Dalam Amaedola Ononiha Untuk Mendidik Peserta Didik Nilai-Nilai Karakter Cerdas. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(2), 645–657. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i2.86
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.