Wayang adalah suatu jenis pertunjukan teater yang khas di Indonesia. Wayang Wali merupakan salah satu wayang kreasi baru yang dikembangkan oleh Ki Sudrun yang berasal dari Blitar. Wayang ini tergolong khas karena memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan wayang pada umumnya. Ciri khas tersebut meliputi: Pertama, Wayang Wali memiliki nama-nama tokoh yang berbeda dengan wayang jenis lain. Kedua, bahan baku dari kulit dan kayu. Ketiga, lakon ceritanya tidak pakem. Keempat, lagu yang dilantunkan dalam Wayang Wali tidak terbatas pada tembang-tembang Jawa. Kelima, alat musik yang digunakan untuk mengiringi Wayang Wali terdiri dari gamelan Jawa, alat musik modern (gitar, keyboard, drum), dan terbang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan ancangan deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan perekaman cerita, pengamatan, wawancara mendalam, pentranskripan (pemindahan dari lisan ke tulis), dan penerjemahan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat pagelaran Wayang Wali, menelaah, memahami karakteristik bentuk dan isi pementasannya, serta wujud akulturasi Islam Jawa dalam Wayang Wali. Berdasarkan hasil penelitian, Wayang Wali ditinjau dari bentuknya memiliki karakteristik bahannya menggunakan kulit dan kayu. Ditinjau dari karakteristik isinya, Wayang Wali dengan cerita “Tanpa Lakon” ini bertemakan dan beramanatkan kepatuhan kepada Allah SWT. Akulturasi budaya Jawa dengan budaya Islam dalam pagelaran Wayang Wali dengan lakon “Tanpa Lakon” dapat dilihat dalam berbagai segi, yakni: (1) segi bentuk dan warna, penggunaan warna yang sesuai dengan pemaknaan Islam. Bentuk gunungan disesuaikan dengan filosofi Islam (2) segi tema, yaitu tema yang diangkat adalah peperangan manusia melawan hawa nafsunya sendiri, (3) segi tokoh dan penokohan, yaitu tokoh punokawan (Semar, Petruk, Gareng dan Bagong) dalam pewayangan Jawa yang disandingkan dengan tokoh Sunan Bonang (wali dalam Islam). (4) segibahasa, bahasa yang digunakan meliputi tiga bahasa yaitu (a) bahasa Jawa, (b) bahasa Indonesia, dan (c) bahasa Arab. (5) Akulturasi dari segi alat musik, yaitu alat musik yang digunakan adalah (a) alat musik tradisonal; seperangkat gamelan, (b) alat musik Islam; terbang jidor, (c) alat musik kontemporer; piano, drum, bass drum. (6) segi lagu pengiring, yaitu lagu yang digunakan adalah (a) Sholawat yang berisi sifat Allah, (b) Suluk Pangkur Kerinduan, (c) Doa Keselamatan, (d) Suluk Abdul Jalil, (e) Sholawat Asy Saydzili, (f) Lagu Lir Ilir, (g) Sholawat Badar, (h) Lagu Pengamen Cirebon, (i) Lagu Pengamen Tegal, dan ditutup dengan (j) Sholawat Badar.
CITATION STYLE
Wijayanti, J., Budiana, N., & Dewi, P. K. (2022). WAYANG WALI SEBAGAI BENTUK AKULTURASI BUDAYA ISLAM JAWA DI KABUPATEN BLITAR. Hasta Wiyata, 5(1), 96–111. https://doi.org/10.21776/ub.hastawiyata.2022.005.01.08
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.