Tidak semua siswa lahir dari keluarga yang utuh, sebagian dari mereka juga lahir dari keluarga broken home. Beberapa penelitian menujukkan siswa broken home cendrung berperilaku negatif di lingkungan sekolah, terutama dalam masalah mengendalikan emosi, kedisiplinan dan prestasi. Oleh sebab itu, guru bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam memberikan perhatian komunikasi yang persuasif dan penuh empati dalam membina siswa tersebut agar bisa mengendalikan diri dan tidak terpengaruh prilaku negatif. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana strategi komunikasi guru bimbingan dan konseling dalam membina siswa korban broken home di SMAN 4 Sungai Penuh. Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif dengan mewawancarai tiga orang guru bimbingan dan konsuling (BK) SMAN 4 Sungai Penuh. Hasil penelitian menunjukkan 20-30 siswa korban broken home cenderung tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka dan juga kurang berinteraksi dalam rumah tangga. Strategi komunikasi yang digunakan guru BK dalam membina siswa broken home di SMAN 4 Sungai Penuh adalah dengan cara menggunakan komunikasi antarpribadi (berkunjung ke rumah dan melakukan konseling realita), dan melakukan komunikasi kelompok dengan membuat WA group beranggotakan orang tua siswa broken home, dan membuat organisasi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
CITATION STYLE
Nuzuli, A. K., Yuliani, D. S., Yudialza, A., Satria, E. D., R, F. F., & Ritama, F. D. (2023). Strategi Komunikasi Membina Siswa Broken Home. Warta ISKI, 6(1), 25–31. https://doi.org/10.25008/wartaiski.v6i1.199
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.