Salah satu pengendalian penyakit antraknosa adalah menggunakan fungisida nabati dari ekstrak kulit bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval pemberian ekstrak kulit bawang merah yang tepat serta melihat interaksinya untuk mengendalikan penyakit antraknosa. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati Universitas Andalas Padang Sumatera Barat dan Laboratorium Universitas Islam Indragiri, Tembilahan Riau. Dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi ekstrak kulit bawang merah yaitu kontrol, 50 %, 75 %, 100 %. Faktor kedua adalah interval pemberian ekstrak kulit bawang merah yaitu 1 kali/minggu, 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu. Parameter pengamatan adalah masa inkubasi, persentase buah terserang, luas serangan, daya hambat dan intensitas serangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan inteval yang optimal untuk mengendalikan penyakit antraknosa (Colletotrichum gloesporioides) adalah 50 % dan interval 2 kali per minggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit bawang merah berpotensi dijadikan sebagai fungisida nabati penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloesporioides.
CITATION STYLE
Ikhsan, Z., & Meilia, R. N. (2017). POTENSI EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH SEBAGAI FUNGISIDA NABATI PENYAKIT ANTRAKNOSA (COLLETOTRICHUM GLOESPORIOIDES) PADA CABAI MERAH. JURNAL AGRO INDRAGIRI, 2(02), 139–153. https://doi.org/10.32520/jai.v2i02.612
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.