Mayoritas penduduk di Bali beragama Hindu, umat Hindu di Bali terikat erat dengan adat dan tradisi. Dalam agama Hindu memegang konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yaitu Tattwa, Susila dan Upacara. Melaksanakan upacara yadnya harus berdasarkan keikhlasan, dan kewajiban sebagai masyarakat Bali untuk tetap melestarikan kebudayaan Bali. Khususnya pada pelaksanaan upacara ngaben yang berbasis budaya dan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh umat Hindu untuk menghormati leluhurnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab dua permasalahan pokok yang muncul di masyarakat, pertama apa alasan krematorium ini muncul di Bali, kedua bagaimana pendapat masyarakat tentang adanya krematorium. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian ini akan dideskripsikan dalam bentuk penjabaran dari faktor-faktor perubahan sosial pada upacara keagamaan Hindu di Bali. Sumber primer dalam penelitian ini adalah hasil literatur jurnal, observasi penulis dan analisis wawancara. Hasil penelitian ini akan menunjukkan bahwa keberadaan krematorium tidak sebahaya yang masyarakat pikirkan, bahkan krematorium akan membantu masyarakat untuk mempermudah pelaksanaan ngaben. Krematorium memanfaatkan segi efisien, praktis dan ekonomis. Namun tetap saja ada pro dan kontra yang akan muncul dengan adanya keberadaan krematorium ini, karena secara tidak langsung menghilangkan fungsi banjar di desa pakraman. Melaksanakan upacara ngaben dikrematorium memang hal yang baru dimasyarakat, terdapat tranformasi menuju modernisasi pada upacara ngaben tersebut, namun krematorium juga berbasis ajaran leluhur yang ditulis pada pustaka lontar khususnya Lontar Yama Purana Tattwa.
CITATION STYLE
Desak Kadek Lia Suryantini, & I Putu Suyasa Ariputra. (2022). PERGESERAN PELAKSANAAN NGABEN DI DESA PAKRAMAN MENUJU KREMATORIUM. VIDYA SAMHITA: Jurnal Penelitian Agama, 8(2), 127–134. https://doi.org/10.25078/vs.v8i2.1439
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.