Kota Medan mempunyai beberapa kawasan yang mampu menceritakan perkembangan fisik kotanya, salah satunya Kawasan Kesawan dengan deretan bangunan lama. Daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari gaya arsitektur bangunan kolonialnya serta letak startegis di pusat kota. Namun beberapa bangunan tidak optimal dikelola dan dimanfaatkan, salah satunya adalah bangunan yang dulunya merupakan Gedung Warenhuis. Setidaknya sampai tahun 2021, kerusakan masih banyak terlihat dari bentukan fisiknya. Bangunan tersebut mempunyai gaya dan detail yang menarik, lokasi bangunan berada disudut mempunyai keuntungan untuk fungsi yang mempunyai nilai sosial budaya dan ekonomis, mengingat Kota Medan mempunyai nilai sejarah yang tinggi serta terkenal dengan kekayaan seninya. Berdasarkan potensi serta kajian teoritis tentang pelestarian, dibutuhkan olah desain tapak dan bangunan eks Warenhuis dan Borsumij untuk adaptasi bangunan agar menjadi optimal dalam pengelolaan dan penggunaannya. Tujuan dari perancangan Art Center untuk menyediakan ruang bagi masyarakat dalam mempelajari dan mempertunjukkan bidang kesenian yang dimiliki Kota Medan, serta melestarikan bangunan cagar budaya sebagai identitas kawasan. Metode yang digunakan pada olah desain gedung Warenhuis adalah EBD (evidence-based design). EBD dilaksanakan dengan membandingkan data yang ada serta praktik desain lapangan, lalu dianalisis kembali agar mengumpulkan bukti ilmiah yang kemudian digunakan dalam desain. Pada tulisan ini lebih difokuskan pada tahapan pengkajian potensi bangunan serta deskripsi awal penzoningan berdasarkan kegiatan.
CITATION STYLE
Rahmi, N. E., & Utami, W. (2023). PERANCANGAN ART CENTER DENGAN PENDEKATAN OLAH DESAIN ARSITEKTUR PUSAKA DI KAWASAN BERSEJARAH KOTA MEDAN. Jurnal Arsitektur Kolaborasi, 3(1), 37–47. https://doi.org/10.54325/kolaborasi.v3i1.40
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.