Perkotaan Pasuruan Di Era Kolonial Belanda Pada Sekitar Abad XVIII s.d. XIX

  • Chawari M
N/ACitations
Citations of this article
11Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Di awal keberadaannya, Pasuruan merupakan kota tradisional yang berkembang akibat adanya pengaruh dari pusat-pusat budaya yang berkembang di sekitamya. Pusat-pusat budaya tersebut antara lain Kerajaan Singasari, Kerajaan Blambangan, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Mataram. Selain itu terdapatnya pelabuhan tradisional, yang berkembang karena adanya pedagang dari sekitar Pasuruan. Kota tradisional tersebut berpusat pada sebuah alun-alun dengan kantor bupati yang terletak di sebelah utara alun-alun. Selain adanya Masjid Agung yang terletak di sebelah barat alun-alun. Selain pedagang lokal, juga terdapat pedagang asing. Pedagang-pedagang asing tersebut salah satunya adalah Belanda. Pedagang-pedagang Belanda tersebut kemudian menetap dan selanjutnya membuat koloni tersendiri sesuai dengan kepentingannya yaitu untuk mempertahankan eksitensinya. Dengan adanya pedagang asing yang menetap tersebut kemudian muncul permukimannya -- akhirnya menjadi sebuah kota dengan segala fasilitas dan kelengkapannya.

Cite

CITATION STYLE

APA

Chawari, M. (2002). Perkotaan Pasuruan Di Era Kolonial Belanda Pada Sekitar Abad XVIII s.d. XIX. Berkala Arkeologi, 22(1), 66–80. https://doi.org/10.30883/jba.v22i1.851

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free