Secara global, anemia terjadi pada 1,62 miliar individu atau sekitar 24,8% populasi. Di Indonesia, anemia terjadi pada sekitar 15,4% populasi. Anemia sering menjadi suatu masalah yang terjadi misdiagnosis dan tatalaksana yang kurang tepat. Pasien pria datang dengan keluhan lemas dalam yang memberat sebulan terakhir. Pasien mulai merasakan gejala hipertensi (220/110 mmHg) pada 3 bulan disertai sesak, gatal di tubuh, lemas dan pucat sepanjang hari, bengkak hampir di seluruh tubuh serta BAK sulit. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan, terdapat hipertensi (160/90 mmHg), pada mata konjungtiva tampak anemis dan pada palpebra serta ekstremitas superior dan inferior terdapat edema pitting. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pasien anemia normositik dan normokromik dengan Hb 5 g/dL, eritrosit 1,8 juta/μL, hematokrit 15%, MCV 82 fL, MCH 28 pg, MCHC 35 g/dL LED 90 mm/Jam, ureum 486 mg/dL, kreatinin 39,28 mg/dL, kalsium 4,7 mg/dL, klorida 92 U/L, natrium 124 mmol/L, dan kalium 6,6 mmol/L. USG abdomen menunjukan hasil gambaran chronic kidney disease bilateral. Penatalaksaan anemia pada pasien perlu diperhatikan pendekatan holistic mulai dari penyebab dan pilihan terapi yang digunakan agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas serta meningkatan kualitas hidup pasien. Pada jurnal ini akan dijelaskan mengenai pendekatan anemia melalui ilustrasi kasus pasien dengan anemia pada penyakit ginjal kronik
CITATION STYLE
Fernanda Putra, A., & Yusuf Aulia Rahman. (2022). Pendekatan Diagnosis Anemia pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik. MAJORITY, 11(1), 60–64. https://doi.org/10.59042/mj.v11i1.138
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.