Keganasan sering kali terjadi di daerah rongga mulut dan biasanya dirawat melalui tindakan hemimaksilektomi. Tindakan hemimaksilektomi menimbulkan adanya defek yang membuat adanya celah antara rongga mulut dan rongga nasal, sehingga menyebabkan penderita kesulitan saat melakukan fungsi normal seperti menelan dan berbicara. Peran prostodontis dalam menangani adanya defek pada maksila adalah merehabilitasi struktur intra dan ekstra oral untuk memulihkan fungsi normal pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Masalah utama rehabilitasi defek yang besar pada maksila adalah berat protesa, sehingga protesa tidak retentif. Tujuan dari laporan kasus ini adalah pembuatan obturator definitif dengan hollow bulb untuk merehabilitasi fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Kasus pasien wanita 24 tahun, tersisa gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 disertai dengan defek pada maksila sebelah kiri pasca hemimaksilektomi dengan klasifikasi Aramany klass I. Perawatan yang dipilih adalah pembuatan obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik. Kesimpulan dari laporan kasus iniadalah obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik dapat merehabilitasi defek pada maksila pasca hemimaksilektomi sehingga mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika.
CITATION STYLE
S, R., Wahyuningtyas, E., & Ismiyati, T. (2022). Obturator definitif dengan two-piece hollow bulb pada defek pasca hemimaksilektomi. Majalah Kedokteran Gigi Klinik, 7(2), 65. https://doi.org/10.22146/mkgk.37279
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.