Usia remaja merupakan kelompok rentan yang memiliki resiko cukup tinggi mengalami permasalahan psikologis, salah satunya depresi. Dampak dari depresi yang dialami anak usia remaja cukup menghambat proses perkembangan secara social, emosi, bahkan kognitif. Setelah dilakukan proses assessment mulai dari observasi wawancara dan tes psikologi maka hasilnya diketahui bahwa subjek mengalami gangguan depresi menurut PPDGJ III. Subjek memenuhi beberapa kriteria gangguan suasane perasaan atau depresi, salah satunya mulai kehilangan minat social, menarik diri dari lingkungan, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, adanya pemikiran untuk menyakiti diri sendiri dan merasa bahwa hidupnya tidak berguna dan bermakna. Berdasarkan hasil asesmen kemudian dilakukan proses intervensi dengan metode terapi ekspresif dimana subjek berikan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang selama ini dirasakan melalui imajinasi visual dan juga relaksasi hal tersebut dilakukan guna mengekspresikan emosi yang selama ini dipendamnya, dan membatunya untuk kembali berdaya. Berdasarkan hasil dari terapi ekspresif terlihat bahwa hasilnya cukup signifikan, hal tersebut dibuktikan dengan dilakukannya pre-test dan post-tes sebelum dan sesudah dilakukannya proses terapi. Berdasarkan hal dari post-testnya subjek terlihat adanya penurunan skor dari sebelum dan sesudah dilakukannya terapi, selain itu ketika dilakukan proses evaluasi subjek juga menyampaikan bahwa gejala-gejala depresi yang dirasakanya saat ini mulai berkurang dan subjek mulai kembali memiliki semangat untuk menjalani hari-harinya.
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.
CITATION STYLE
Fauzi Nabilah, I., & Putri Nirmala, A. (2023). Penerapan Terapi Ekspresif untuk Menurunkan Gejala Depresi pada Remaja. JURNAL PSIMAWA, 6(1). https://doi.org/10.36761/jp.v6i1.2948