Tulisan ini menjelaskan bagaimana waria memandang dirinya melalui masyarakat dan bagaimana pula sebaliknya masyarakat memandang identitas waria.Pada realitanya waria masih mendapatkan perlakuan diskriminatif karena identitasnya dipandang sebagai suatu penyimpangan. Pandangan ini berakibat pada penempatan waria sebagai kaum subaltern atau termarjinalkan, akan tetapi masyarakat sudah mulai terbuka dan menerima waria karena dilihat dari individunya bukan dari identitasnya, namun masyarakat sebagian besar belum bisa menerima identitasnya sebagai waria. Waria melakukan berbagai cara agar bisa diterima masyarakat salah satunya melalui pesantren. Pesantren sebagai alat untuk merekonstruksi identitas waria yang memberikan gambaran tentang image waria yang positif. Keberadaan pesantren khusus waria berhasil merekonstruksi identitas waria dengan menciptakan konstruksi baru yang mampu memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa waria memiliki sisi positif dan masyarakat menyakini adanya perbedaan tingkah laku antara waria yang di pesantren dengan waria yang tidak ikut pesantren.Kata Kunci: waria, pesantren, identitas, subaltern.
CITATION STYLE
Latiefah, U. (2016). Pesantren Waria dan Konstruksi Identitas. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2(1), 87. https://doi.org/10.22146/jps.v2i1.23415
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.