Dewasa ini melihat perkembangan industri musik tanah air di Indonesia dari jalur profesional (major label) dengan genre yang itu-itu saja terasa semakin membosankan bagi banyak pemirsa. Dalam merespon situasi itu, para musisi yang muncul dari bawah melalui latar-belakang jalur non-profesional (indie label) mencoba hadir untuk memberikan jalur musik alternatif kepada para pendengarnya. Di Yogyakarta terdapat dua kelompok musik yang berusaha mengakulturasi suatu genre yang terbilang unik, yaitu Hiphop-Jawa, dimana jenis musik ini mampu mereka bungkus sedemikian rupa sehingga menyadarkan kita akan nilai-nilai kearifan lokal yang ternyata mampu mengadaptasi budaya global. Dalam studi ini, ada dua kelompok musik yang diteliti yaitu grup D.P.M.B dan grup NDX, dimana keduanya membawakan hiphop dari sudut pandangan kelokalan. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis fenomena Hiphop Jawa melalui perspektif teoritis subkultur. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa kedua kelompok grup musik Hiphop Jawa telah mengembangkan suatu strategi hegemonitanding (counter hegemony) dalam upaya kebertahanan hidup mereka melalui skema glokalisasi/hibridasi.
CITATION STYLE
Putradarma, R. (2017). Subkultur Hiphop Indie Label di Yogyakarta: Sebuah Alternatif atau Siasat dalam Menciptakan “Pasar” Baru? Jurnal Pemikiran Sosiologi, 4(2), 120. https://doi.org/10.22146/jps.v4i2.28585
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.