POLA KOMUNIKASI KEPALA SUKU DALAM PELESTARIAN BUDAYA PERNIKAHAN DAN KESENIAN TRADISONAL

  • Arief Hidayatullah
N/ACitations
Citations of this article
8Readers
Mendeley users who have this article in their library.

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi realitas keberagaman identitas yang dimiliki manusia. Bahwa manusia baik sebagai individu maupun kelompok, memiliki ciri masing­masing yang disebut budaya atau kebudayaan. Begitu juga dengan kebudayaan masyarakat Donggo (dou Donggo) di Bima, NTB. Dou Donggo merupakan masyarakat asli suku Mbojo (Bima), yang mendiami salah satu wilayah administratif kecamatan di Kabupaten Bima, yaitu Kecamatan Donggo. Dou Donggo menjadi bagian masyarakat Bima yang masih memegang teguh nilai­nilai kebudayaan asli suku Mbojo. Kepatuhan mereka dengan   tetap memegang teguh nilai­nilai kebudayaan, tidak terlepas dari peran pemimpin mereka, yakni Ncuhi. Ncuhi merupakan sebutan dou donggo untuk kepala sukunya. Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi lapangan di Desa Kala, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, peneliti meneliti bentuk komunikasi Ncuhi dalam upayanya melestarikan budaya pernikahan dan kesenian tradisional dou Donggo. Dari hasil penelitian ditemukan, keberadaan Ncuhi sebagai penerus atau pewaris kebudayaan lokal tidak lagi berfungsi secara maksimal. Ncuhi hanya melakukan komunikasi antarpersonal, kelompok dan publik kepada generasi yang lebih muda untuk mewarisi nilai­nilai kebudayaan. Tidak ada lagi komunikasi secara organisasi, maupun menyebarkan dengan media massa untuk melestarikan kebudayaan pernikahan dan kesenian.

Cite

CITATION STYLE

APA

Arief Hidayatullah. (2023). POLA KOMUNIKASI KEPALA SUKU DALAM PELESTARIAN BUDAYA PERNIKAHAN DAN KESENIAN TRADISONAL. Jurnal Komunikasi Dan Kebudayaan, 9(1), 15–27. https://doi.org/10.59050/jkk.v9i1.91

Register to see more suggestions

Mendeley helps you to discover research relevant for your work.

Already have an account?

Save time finding and organizing research with Mendeley

Sign up for free