Mahalnya bahan bangunan akhir-akhir ini harus diatasi dengan bahan alternative yang mempunyaikarakteristik yang sama namun lebih ekonomis, dan salah satunya adalah memanfaatkan batu apung sebagaiagregat halus. Penelitian dilakukan dengan metode deduktif yaitu pendekatan kepustakaan, dan induktif yaituexperiment di laboratorium. Beton dibuat dengan campuran semen pasir Bangka, kerikil, batu apung dan air.Dengan variasi rasio batu apung terhadap pasir Bangka adalah 0 : 100, 5 : 95, 10 : 90, dan 15 : 85 (dalam% berat). Waktu perawatan masing-masing selama 3, 7, 14, dan 28 hari. Pengujian aggregate halus dan kasasrmeliputi: analisa ayakan, penentuan kadar lumpur, kadar organic, kadar air, berat jenis dan penyerapan air.Beton segar diuji workabilitasnya melalui uji nilai slump. Parameter pengujian beton yang dilakukan meliputi:berat jenis dan kuat tekan. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa beton dengan variasi komposisi terbaikuntuk kuat tekan terjadi pada 95%(berat) pasir Bangka dan 5%(berat) batu apung. Pada komposisi tersebut,beton yang dihasilkan memiliki karakteristik: berat jenis 2312,2 kg/m3 dan kuat beton 245,76 kg/cm2.Sedangkan dari segi berat beton yang paling ringan dan ekonomis pada penelitian ini terdapat pada campuran85% (berat) pasir Bangka dan 15% (berat) batu apung. Dan batu apung dapat mengurangi biaya hingga91,29%.
CITATION STYLE
Manaf, F., & Romadhon, M. S. (2020). Pemanfaatan Batu Apung Sebagai Bahan Substitusi Agregat Halus Pada Perencanaan Adukan Beton K-225. Sainstech: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Sains Dan Teknologi, 23(2). https://doi.org/10.37277/stch.v23i2.597
Mendeley helps you to discover research relevant for your work.